[REVIEW] KELUARGA CEMARA: HARTA YANG PALING BERHARGA ADALAH KELUARGA

By Deyacdp - 11:21 PM


Keluarga Cemara yang ditayangkan cukup lama di televisi pada 1996-2005 sangatlah mewarnai masa kecil kita semua, setuju kan? Sinetron yang satu ini menjadi salah satu tayangan favorit di zaman itu karena mendidik, memiliki pesan moral, dan menghibur penonton. Sebagai film pembuka di tahun 2019, Keluarga Cemara seperti memberikan harapan cerah bagi kualitas perfilman Indonesia. Film yang mengusung genre drama keluarga ini benar-benar menghasilkan sebuah tontonan yang bergizi tinggi bagi seluruh keluarga di Indonesia.



Disutradarai oleh Yandy Laurens beserta penulis skrip Gina S. Noer berhasil memecahkan rekor 1jt penonton sejak pertama kali tayangnya film ini. Diproduksi oleh Visinema Pictures yang bekerjasama dengan Ideosource Entertaiment dan Kaskus, Film Keluarga Cemara ini hidup di era kekinian sehingga terasa lebih dekat dengan penontonnya di tahun 2019. Namun bagi kamu yang tumbuh di era serial televisi Keluarga Cemara tahun 1996, mungkin Keluarga Cemara akan terdapat banyak perbedaan. Terlepas dari semua itu, Film Keluarga Cemara ini merupakan karya yang manis, indah, dan sangat hangat yang layak untuk diberikan apresiasi lebih oleh penonton film Indonesia.

Abah (Ringgo Agus Rahman) yang ditipu oleh rekan bisnisnya terpaksa merelakan rumah dan harta bendanya disita. Emak (Nirina Zubir), Euis (Zara JKT48), dan Cemara (Widuri) harus menghadapi kenyataan pahit yang membuat mereka terpaksa untuk tinggal di rumah warisan Aki di Bogor. Terbiasa hidup di kota dan serba berkecukupan membuat masing-masing anggota keluarga harus beradaptasi dengan kondisi yang mereka alami sekarang.

Film Keluarga Cemara ini mengajak penonton untuk melihat arti keluarga yang sebenarnya. Yandy Laurens dan Gina S. Noer berhasil memberikan pemahaman tentang harta bukanlah patokan utama agar sebuah keluarga menjadi bahagia. Sosok Abah yang bertentangan dengan Euis lah yang menjadi warna pada film ini, di mana Euis selalu dikecewakan oleh janji-janji Abahnya yang tidak pernah ditepati. Di sini juga Euis banyak belajar tentang rasa kecewa, namun Euis juga belajar untuk mengerti posisi Abahnya.


Beda dengan sosok Emak, ia mampu menjadi seorang Istri dan Ibu yang baik untuk keluarganya. Sosok wanita yang sangat jujur dalam mengayomi dan menjaga keutuhan keluarganya. Ia dapat meredam ego putri remajanya Euis, dan sekaligus memberikan support yang luar biasa untuk tetap tabah menjalani hidup baru keluarganya kepada Abah.

Terlebih mengajarkan putrinya kecilnya, Ara yang selalu ingin lebih dalam merasakan cinta di dalam keluarga itu. Putri dari pasangan Dwi Sasono dan Widi Mulia, yaitu Widuri Puteri Sasono yang berperan sebagai Ara, menjadi anak Abah dan emak yang cukup mencuri perhatian penonton. Aktingnya yang natural dan menggemaskan pun menghadirkan dialog-dialog spontan yang seru sekali. Tidak sesekali memaksa penonton dewasa agak tersentil dengan ucapan-ucapannya.


Keluarga Cemara berhasil menyajikan keduanya dengan sederhana tapi menyentuh. Apalagi tokoh Abah dan Emak yang diperankan begitu rapi dan natural oleh Ringgo dan Nirina, bikin film ini sukses memberikan penggambaran bagaimana sosok keluarga yang seutuhnya. Selain ada Emak, Abah, Euis dan Ara, turut tampil juga aksi dari Asri Welas yang  memerankan Ceu Salma, perempuan pengusaha yang juga seorang 'loan woman' (pemberi pinjaman). Kemunculannya akan selalu ditunggu, tidak hanya karena aksi kocaknya, tapi juga kehadirannya di tengah-tengah 'kekacauan' keluarga Cemara. 


Keluarga Cemara memberikan pesan penting untuk kita semua tentang kebangkrutan, bahwasanya kebangkrutan bukanlah mendapatkan kembali hartanya kembali, melainkan bagaimana sebuah keluarga tetap bersama untuk tetap saling mengasihi dan memiliki. Tentang bagaimana kebesaran hati untuk bisa menerima keadaan keluarganya. Film ini memberikan pertanyaan cukup besar untuk diri sendiri, apakah kita sudah jujur dengan diri sendiri tentang arti kebahagiaan pada lingkup keluarga? Apa kita sudah bisa jujur untuk bilang tidak kepada orang terdekat ketika tindakan itu tidak sesuai ekspektasi kita? Hmm….
“Kalian semua itu tanggung jawab Abah!”

 “Kalau begitu, Abah tanggung jawab siapa?”


Over all, alur cerita yang begitu tepat. Tidak membuat penonton merasa bosan, malah merasa adem dan selalu menunggu-nunggu kejutan apalagi yang akan disajikan pada film ini. Film ini bukan hanya tentang sebuah film dramatis yang menguras air mata, namun keluarga kecil ini mampu membuat yang menontonnya senyum-senyum sendiri setelah selesai menonton. Dialog antar pemain, tokoh, konflik yang sederhana, dan bumbu-bumbu komedi yang tidak berlebih mampu membuat film ini patut diapreasi setinggi-tingginya. Pemilihan musiknya pun mempercantik film yang sangat sederhana ini dan begitu menyenangkan hati para penonton.


Alasan untuk menonton: Untuk kamu yang ingin benar-benar merasakan kejujuran arti rasa cinta dan kasih sebuah keluarga, wajib nonton ini! 10/10!
Source Image:
@Filmkeluargacemara @ringgoagus @Jkt48.zara

Visinema Pictures & Ideosource Entertaiment

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar